Sore hari adalah saat yang elegan bagi Edward untuk memulai goresan pensil pada selembar kertas tebal. Sepulang bermain Hofful menghampiri kakeknya itu yang terlihat sibuk dengan sketsanya.
"Apa yang akan kau lukis hari ini Kakek?" tanya Hofful dengan penuh penasaran.
Pandangan Edward beralih kemata Hofful dengan penuh kebijaksanaan, "Aku melukis harapanku untukmu Hofful".
"Apa yang Kakek harapkan dariku kelak, apakah harapan itu ada dalam lukisan Kakek?", Hofful mulai tertarik pada jawaban yang diberikan kakeknya itu.
"Sebenarnya bukan lukisan yang kubuat yang menggambarkan harapanku", Jawab Edward dengan senyum yang mendidik.
"Aku ingin kau seperti pensil ini".
Hofful mulai penasaran, "Pensil?"
Edward mulai menjelaskannya, "Pensil ini selalu patuh pada gerakan tangan yang memegangnya, setiap pensil selalu patuh pada tangan yang membimbingnya, seperti kamu, Tuhan selalu membimbingmu kemanapun kau pergi, apapun yang kau lakukan, maka jadilah anak yang patuh pada perintah-perintah Tuhan."
"Iya Kek", tanggap Hofful.
"Pensil ini selalu menggoreskan keindahan, meninggalkan jejak hitam yang membawa perasaan cinta bagi setiap orang yang menikmaati karyaku, aku ingin kau selalu meninggalkan kesan baik bagi setiap orang di sekitarmu." Edward melanjutkan penjelasannya itu.
"Bila pensil ini menggoreskan garis-garis yang salah, maka aku akan segera menghapusnya, hapuslah segera bila kau membuat kesalahan"
"Mintalah maaf pada Tuhanmu, dan segera perbaiki kesalahanmu, mintalah maaf pada sekitarmu, dan perbaiki kesalahanmu." Jawab Edward kembali.
"Baik Kek', jawab Hofful patuh.
"Kau tau Hofful, bagian pensil yang memberikan goresan hitam adalah arang yang ada di dalam pensil ini, bukan kayu pembungkusnya, itu menggabarkan hati nuranimu, sadarlah dengan apa yang ada di dalam dirimu".
"Kalau begitu mulai saat ini aku akan seperti pensil itu Kek, yang selalu patuh pada Tuhan, meninggalkan keindahan bagi orang lain, aku akan segera meminta maaf pada Tuhan dan sekitarku bila aku berbuat salah, dan seperti semua yang kau katakan tadi Kek, aku bangga padamu." Segera Hofful menyimpulkan petuah yang diberikan Edward.
Sambil tersenyum, Edward berkata, jadilah keajaiban bagi yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar